selamatkan bumi kita dengan hatimu

selamatkan bumi kita dengan hatimu
hidup hanya sekali, so... harus berarti

Sabtu, 08 Agustus 2009

Asap di Riau, Ke Mana Mesti Sembunyi?

Ada tiga musim yg kerap singgah di Riau, pertama musim kemarau, kedua musim banjir dan ketiga musim asap. Kali ini kondisi daerah di Riau lbh banyak terlihat kabut asap. Kemarin aku mengobati anakku yg influensanya nggak sembuh-sembuh. Dia kubawa ke dokter spesialis anak yg cukup terkenal di Pekanbaru. Apa hasilnya? Dia mengaku angkat tangan. Lho kok? Katanya kalau influensanya terkena virus msh bs dia obati dan pasti nggak bolak-balik lg. Tp ini influensanya dipastikan akibat cuaca Pekanbaru yg sarat dgn kabut asap. Solusi yg diberikannya pd kami, jk nggak mau bolak-balik lg influensanya, kami disarankan untuk mengungsi ke kota Bukittinggi, sementara waktu, menjelang kabut asap usai.




Tentunya solusi ini cukup membingungkan, mengungsi? sekeluarga? dalam waktu yg tidak bs ditentukan? Wah, wah tentunya ini terlalu sulit bg kami. Mata pencarian kami di sini, anak-anak sekolah di sini? Bagaimana bisa ini dilakukan? Pastinya kami tentu nggak bs memenuhi saran itu, dan terpaksa hrs menerima kondisi anak yg bakal rentan terkena flu, batuk dan akhirnya demam kalau badannya dah nggak sanggup lg menahan semua itu.

Asap., asap kemana lg hrs sembunyi? Knp pemerintah jg angkat tangan menangani kondisi ini? Kok nggak ada aksi besar-besaran dr masyarakat atau sekelompok masyarakat untuk mendesak pemerintah menuntaskan soal asap ini? Padahal, jujur....soal asap ini sudah lama terjadi dan terus berulang-ulang setiap tahun di Riau. Aku ingat saat KKN tahun 1997 lalu di Rokan Hilir, aku merasakan kabut asap yg cukup banyak di daerah ini. Dan sekarang sudah berlalu 12 tahun lamanya, kondisi tetap sama, walau pemerintahnya jg sudah silih berganti.

Aneh sekali di negeri ini, banyak kt temui lembaga, instansi, kelompok kepentingan, organisasi kemasyarakatan, organisasi para kaum intelektual, tapi kok nggak mau ngurus kondisi yg ada. Harusnya sprt dokter yg ngaku angkat tangan tp kok diam saja nggak ada presure pd pemerintah ttg akibat atau dampak kabut asap ini. Jg pihak sekolah yg nggak teriak keras dgn kondisi ini yg berakibat pd banyaknya siswa2 yg nggak masuh sekolah krn sakit akibat kabut asap. Jg para aktivis lingkungan hidup, kok diam saja? So, kmn lg hrs bertanya? kmn lg hrs cr solusi? hrskah, orang2 asing lg yg mesti turun tangan menangani persoalan ini? Nggak mampukah kita??????

Tidak ada komentar: